Apa Realita Kehidupan Freelance yang Jarang Dibicarakan Orang-orang?

Menjadi freelancer menawarkan fleksibilitas dan kebebasan yang banyak didambakan. Namun, kehidupan sebagai pekerja lepas juga memiliki tantangan tersendiri yang jarang dibicarakan. Berikut adalah beberapa realita yang mungkin belum Anda ketahui tentang kehidupan freelancer.

Tidak Ada Jam Kerja Wajib

Jam kerja diatur sendiri. Seorang freelancer bisa bekerja kapan saja, saat orang sudah tertidur lelap atau saat orang sedang menikmati libur tanggal merah. Pekerjaan freelancer biasanya tergantung proyek, dengan tenggat waktu yang sudah ditetapkan dan pengupahan biasanya dibayarkan per-task atau per-proyek yang dikerjakan.

Manajemen Waktu yang (Cukup) Buruk

Kadang 24 jam serasa kurang, namun kadang 24 jam berakhir terlalu lama. Karena pekerjaan tergantung tenggat waktu, satu job harus diselesaikan secepat mungkin agar dapat mengerjakan job lain yang menggiurkan. Oleh karena itu, tidak jarang freelancer mengalami kondisi kaki di kepala, kepala di kaki alias malam jadi siang, siang jadi malam.

Upahnya Dolar dan Euro

Kadang-kadang merasa berdosa ketika membicarakan hal ini. Bukan karena tidak nasionalis digaji Dolar atau Euro, tapi berdosa karena harapan kebanyakan freelancer. Tak jarang saya dan teman freelancer lain berharap nilai tukar Dolar dan Euro naik, sehingga pundi-pundi semakin banyak. Namun, ketika nilai mata uang ini naik, cukup berpengaruh pada kondisi keuangan dalam negeri, well…ironi.

Bekerja pada Beraneka Ragam Karakter Manusia

Dalam salah satu jawaban saya tentang dunia per-freelancer-an, saya menyebutkan jangan bekerja dengan orang India. Maaf bukannya mau rasis, tapi bekerja dengan mereka (testimoni diri sendiri dan banyak freelancer) adalah hal paling menyebalkan. Mereka ingin pekerjaan maksimal tapi bayarannya serendah dan dibayar dengan waktu selama mungkin, kalau bisa gratis, damn! Sementara pemberi kerja dari US, UK, Jerman adalah idola. Bayaran sesuai dengan skill dan jam kerja, kita yang menawarkan. Mereka menghargai kehidupan pekerja.

Wajib Menghapal Zona Waktu

Menjadi freelancer yang bekerja remote diwajibkan hapal atau setidaknya aware sama yang namanya zona waktu. Pengiriman report misalnya harus sesuai EST. Kita harus tahu ini beda waktunya berapa jam, sehingga tahu harus di pukul berapa pengiriman report itu dari Indonesia. Belum perbedaan waktu normal, ada lagi beberapa negara dengan perbedaan waktu di Summer dan Winter, biasanya maju atau mundur 1 jam.

Pengalamanku pribadi, bekerja sebagai Virtual Assistant untuk client dari California dengan waktu PST yang mulai bekerja jam 11 Malam – 6 Pagi.

Bahasa Keseharian yang Bercampur Aduk

Saya tidak tahu, apakah saya yang otaknya memang lambat atau ada orang yang sama seperti saya. Saya belum sehebat robot yang bisa program otomatis mana bahasa default dan bahasa tambahan. Kebanyakan berbicara dengan klien menggunakan bahasa Universal, mengakibatkan saya melupakan banyak kata-kata biasa dalam bahasa Indonesia. Kadang saya harus diam lama, berpikir atau sampai membuka kamus untuk menemukan kata yang sedang ingin saya sampaikan.

Bekerja Bisa di Mana Saja, Kapan Saja, dan Menentukan Libur Sendiri

Mau pakai daster, berkolor saja, belum cuci muka bangun tidur, mau rebahan di atas kasur atau mau duduk manis di gerai kopi kekinian, semua tergantung mood dan keinginan. Mau kerjanya subuh-subuh, tengah malam, pagi hari, siang, sore tinggal pilih asal kerjaan selesai pada waktu yang disetujui. Tentu, libur kapan saja bisa, tinggal berhenti bidding kerjaan alias meliburkan diri.

Tidak Ada Drama Mau Pakai Baju Apa, Harus Make Up, Macet atau Julid-julid Antar Sesama Teman Kerja

Saya mungkin merasa nyaman dengan pekerjaan freelance ini, karena sudah tidak heboh dengan kehidupan sibuk ngantor. Waktu yang saya miliki, kini lebih fleksibel dan sesuai dengan apa yang saya butuhkan. Walaupun, sesekali saya merindukan kehebohan hidup sebagai karyawan perusahaan.

Kedengarannya Enak dan Santai?

Memang enak, tapi tetap ada ketidaknyamanannya juga, misalnya:

  • Dikatai pengangguran.
  • Dikatai bodoh karena berani meninggalkan pekerjaan yang sudah settle.
  • Dikiranya ngepet atau miara tuyul, karena selalu ada paket datang dan pesanan makanan serta cemilan setiap hari.
  • Sering dikira sakit karena jarang kena matahari, kulit jadi pucat.
  • Sering dianggap sepele karena tidak ada jenjang karir.

Setiap pekerjaan memang ada saja plus minus-nya. Tergantung bagaimana cara pandang orang terhadap pilihan kita, demikian juga bagaimana respon kita terhadap pandangan itu. Menurut saya, di satu sisi saya jadi bos atas diri saya sendiri, di kerjaan yang lain saya jadi budak korporat.

Jadi ya seperti itulah lika-liku pengalaman bekerja sebagai freelancer 😄🌻

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *